Skip to main content

Pengertian CIDR dan VLSM

Kuliah Teknik Informatika - Halo berjumpa lagi di blog kuliah teknik informatika dan komputer, disini saya akan sedikit membagikan materi mengenai CIDR dan VLSM, berikut ini adalah pengertian dari cidr dan vlsm, selamat belajar.


1. CIDR 
Classless Inter-Domain Routing  atau lebih gampangnya disebut CIDR adalah sebuah cara untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP yang berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. CIDR sendiri merupakan mekanisme routing yang lebih gampang dan  efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.
Kekurangan yang sering terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan.  Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, akan tetapi dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki host dengan jumlah sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruang kosong di dalam alamat IP yang telah disediakan.
Inilah mengapa CIDR dikembangkan yaitu sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Sebagai contoh dengan cara yang sama, kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B.
Bagaimana, bisa dimengerti ya?

2. VLSM ( Variable Length Subnet Masking )
Vlsm adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam vlsm dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam subnetting klasik, subnet zeroes dan subnet- ones tidak bisa digunakan, selain itu dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Apabila proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Teknik VLSM harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask. Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan networknya dapat memenuhi persyaratan :
1.   Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2).
2.   Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus  mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.

Sumber:
http://compnetworking.about.com/od/workingwithipaddresses/a/subnetmask.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Subnet_mask
http://elearning.amikom.ac.id/index.php/download/materi/190302010-DT037-21/Subneting.ppt

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tantangan Sistem Terdistribusi

Tantangan yang ada dalam Sistem Terdistribusi yaitu : 1.  Keheterogenan komponen (heterogenity) Suatu sistem terdistribusi dapat dibangun dari berbagai network, operation system, hardware dan programming language yang berbeda.  IP dapat digunakan utk mengatasi perbedaan jaringan.  Middleware mengatasi perbedaan lainnya. 2.  Keterbukaan (openness) Mendukung extensibility. Setiap komponen memiliki antarmuka (interface), yg di-publish ke komponen lain.  Perlu integrasi berbagai komponen yg dibuat oleh programmer atau vendor yg berbeda.  3.  Keamanan (security) Shared resources& transmisi informasi rahasia perlu dilengkapi dengan enkripsi.  Cegah denial of service. 4.  Scalability Penambahan pemakai membutuhkan penambahan resource yg konstan.  Cegah bottleneck.  Jika perlu, gunakan replikasi. 5.  Penanganan kegagalan (failure handling) Setiap proses (komputer atau jaringan) dapat mengalami kegagalan secara independen.  Komponen lain harus

Coming soon